JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menargetkan 15 proyek migas yang berada dalam pengawasannya akan berkontribusi terhadap pencapaian target produksi minyak nasional sebesar 605 ribu barrel oil per day (bopd) dan 5.628 MMscfd gas pada 2025.
Luky A. Yusgiantoro, Sekretaris SKK Migas, mengatakan pada tahun ini SKK Migas melakukan pengawasan terhadap 15 proyek migas. Harapannya, proyek-proyek tersebut memberikan kontribusi terhadap target produksi migas 2025. “Kapasitas fasilitas proyek tersebut adalah 73 ribu barrel oil per day dan 896 MMscfd gas. Total produksi dari proyek tersebut 64.913 bopd minyak dan gas 792 MMscfd,” ujar Luky saat menjadi pembicara di webinar bertajuk “Migas Sebagai Pilar Swasembada Energi: Tantangan dan Solusi Peningkatan Lifting” yang digelar Editor Energy and Mining Society (E2S), Selasa (4/2).
Selain berharap dari 15 proyek migas, SKK Migas juga memiliki tiga strategi untuk meningkatkan produksi migas nasional. Ketiganya adalah optimalisasi produksi dan teknologi; reaktivasi sumur idle dan lapangan idle; serta eksplorasi massif.
Luky mengatakan tantangan yang dihadapi pada 2024 masih akan ada di 2025. Untuk itu, perlu kolaborasi, tidak SKK Migas dengan KKKS, namun juga Kementerian ESDM, kementerian dan lembaga lain, serta pemerintah daerah.
Benny Sidik, Vice President Production and Project Pertamina Hulu Energi, Subholding Upstream, mengatakan PHE sebagai tulang punggung produksi nasional akan terus melakukan upaya untuk meningkatkan produksi nasional melalui lima pilar inisiatif yang akan dijalankan secara sustain.
Pertama, maintance baseline, yakni dengan mengoptimasi asset yang dikelola. Kedua, memastikan ada production growth minyak dan gas, terutama dari recovery maupun EOR. Ketiga, resource harus berkembang dengan aktif melakukan eksplorasi, pengembangan reserve yang dipercepat. Keempat, PHE akan melakukan merger dan akuisisi mengembangkan produksi secara lebih cepat dengan harapan bisa menemukan sumber daya dan kolaborasi dengan mature internasional yang ada di berbagai belahan dunia.
“Terakhir, kami care masalah environment. Untuk itu, kami pastikan sustainability dengan aktif dalam program transisi, CCS/CCUS, termasuk inovasi yang ada di semua aspek,” kata Benny.
Pertamina melalui PHE tercatat berkontribusi 65% dari total produksi minyak nasional dan 34% dari total produksi gas nasional. Pada 2024, PHE memproduksi 400 ribu bopd dan 2.460 MMscfd gas.
Sementara itu, Endro Hartanto, Direktur Operasi Elnusa, mengatakan Elnusa sebagai bagian dari Pertamina Grup akan support semua kegiatan PHE.
“DNA kami adalah DNA inovasi. Kami membantu KKKS tidak hanya di Pertamina. Kami akan terus berikan services terbaik sehingga problem lapangan mature, Insya Allah bisa kami support,” kata Endro.
Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengatakan permasalahan lifting migas adalah masalah bersama, sehingga kuncinya perlu sinergi dan kolaborasi banyak pihak. “Perlu dikomunikasikan ke para stakeholder, sehingga bisa mengambil keputusan kebijakan secara tepat,” kata dia.
Menurut Komaidi, dalam konteks presiden baru, Prabowo Subianto yang menjadikan ketahanan energi menjadi prioritas utama menjadi momentum, mesikipun untuk merealisasikannya tidak mudah. “Kalau investor di eksplorasi tidak mau ambil risiko, kan jadi susah. Kalau mau mencapai satu juta barrel per day, bagaimana?” ungkap Komaidi.
Kalau melihat historisnya, kata Komaidi, cadangan migas skala besar di Indonesia ditemukan itu oleh seven sisters,
sebutan bagi empat perusahaan migas multinasional. Perusahaan-perusahaan besar itulah yang berani mengambil risiko yang tinggi dari kegiatan eksplorasi. “Yang berani ambil risiko adalah pemain di level mereka. Kalau kita agak sulit, yang masih ada di level problem perizinan dan lainnya,” kata Komaidi.