Jakarta, fokusenergi.com Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang diwakili Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji menyerahkan Penghargaan Festival Enhanced Oil Recovery (EOR) Tahun 2022 kepada 12 pemenang di Kantor Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi “Lemigas”, Jakarta, Kamis (15/12).
Festival EOR 2022 merupakan penghargaan untuk teknologi EOR yang baru pertama kali dilakukan dan akan terus digelar secara berkala. Kegiatan ini juga merupakan adalah salah satu bentuk kontribusi Pemerintah yaitu fasilitasi dan apresiasi terhadap teknologi EOR. “Festival EOR ini diinisiasi oleh Bapak Dirjen Migas dan di-launching pada bulan Mei 2022, yang mengajak semua pihak yang terlibat dalam teknologi EOR,” ungkap Kepala Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi “Lemigas” Ariana Sumanto pada acara ini.
Sebanyak 18 peserta teknologi EOR turut berkompetisi pada gelaran ini dan selanjutnya dilakukan penjurian pada awal November 2022 yang melibatkan 9 juri dari perguruan tinggi, profesional maupun pemerintah. Selain itu juga dilakukan studi banding ke lapangan untuk mendukung penjurian. “Pada pada hari ini, dari 18 peserta Festival EOR tersebut akan diumumkan 3 pemenang utama dan 3 juara harapan untuk masing-masing kategori baik kategori Laboratorium maupun kategori Lapangan,” papar Ariana. Para pemenang Festival EOR adalah:
Kategori Achievement Award
Terbaik I : Vibroseis EOR (ELNUSA, URTI Pertamina)
Terbaik II : Implementasi Stimulasi Reservoir dengan Chemical Semar di Lapangan Meruap (KSO BWP Meruap)
Terbaik III : Aplikasi Injeksi Polimer di Zona C Lapangan Tanjung (Pertamina Hulu Indonesia-PHI)
Harapan I : MEOR – Injeksi Biosurfaktan Huff and Puff (Kaldrez Petroleum Seram Ltd)
Harapan II: Electrical Simulation Oil Recovery (ESOR) – SPR Langgak
Harapan III: Injeksi CO2 Well Simulation Huff and Puff di Lapangan Meruap (KSO BWP Meruap dan LAPI ITB).
Kategori Innovation Award
Terbaik I : Studi Laboratorium Surfaktan, Polimer dan Surfaktan Polimer (Lab EOR ITB)
Terbaik II : Biosurfactant Technology (PT. Aimtopindo Nuansa Kimia)
Terbaik III : Studi Laboratorium Surfaktan Polimer untuk Lapangan Rimau (Pertamina Hulu Rokan-PHR)
Harapan I : Studi Simulasi dan Laboratorium serta Uji Coba Lapangan Low Salinity Water Injection sebagai metoda EOR (ITB-AKP)
Harapan II : Studi Laboratorium Surfaktan Polimer untuk Lapangan Rantau (Pertamina Hulu Rokan-PHR)
Harapan III : Surfaktan MES untuk Aplikasi Injeksi Kimia EOR (Petrokimia Gresik)
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa ajang ini merupakan apresiasi kepada insan peneliti dan praktisi di lapangan atas jerih payahnya mengembangkan EOR. “Ada yang meneliti lebih dari 10 tahun. Pemerintah memberikan penghargaan kepada peneliti dan praktisi yang telah berkontribusi tersebut,” tambahnya Menurut Dirjen Migas, target produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari pada tahun 2030 yang dicanangkan Pemerintah, tidak akan tercapai tanpa adanya EOR. Teknologi EOR memegang peranan penting di lapangan migas tua yang sudah tidak dapat ditingkatkan produksinya dengan infill drilling maupun waterflood.
Recovery factor lapangan migas Indonesia saat ini mencapai 33%. Ini berarti, lapangan migas nasional sudah berusia sangat uzur alias tua. Saat inilah yang paling tepat untuk dilakukan EOR. “Jadi inilah masanya EOR harus dilakukan. Optimalisasi produksi hanya akan menahan decline produksi, tidak dapat menambah produksi,” jelas Tutuka yang dalam kesempatan tersebut juga mengucapkan terima kasih kepada KKKS yang telah berupaya menahan decline produksi.
Untuk menaikkan produksi, lanjut Tutuka, dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu EOR dan penemuan cadangan migas baru melalui eksplorasi secara massif. “Kita menyadari produksi minyak kita saat ini flat. Naik sedikit tapi belum ke atas karena belum terlaksananya EOR dan eksplorasi,” kata dia.Meski EOR belum dilaksanakan secara maksimal, Pemerintah tidak berkecil hati karena saat ini telah dilakukan metode huff & puff di sejumlah lapangan migas, antara di Lapangan Jatibarang. “Huff & puff memang bukan EOR, tapi tanpa huff & puff, kita tidak bisa yakin melakukan EOR,” jelas Tutuka.
Metode huff & puff ini memberikan konfirmasi dan validasi mengenai teknologi EOR secara spesifik dalam skala sumuran, sehingga selanjutnya diharapkan dapat juga diterapkan di lapangan migas lainnya yang sedang aktif melakukan kegiatan studi CO2-EOR.
Pemerintah mengharapkan ajang penghargaan semacam ini dapat dilakukan berkelanjutan untuk mendorong kegiatan EOR. ‘Kami sangat terbuka untuk berdiskusi mengenai apa yang dibutuhkan peneliti dan praktisi untuk mendorong EOR. Kita bersama-sama mencari solusi, mencari peluang menerapkan EOR supaya bisa mencapa target produksi yang dicanangkan Pemerintah,” pungkasnya