Wednesday , November 26 2025

PLN Indonesia Power Perkuat Uji Cofiring Hidrogen di PLTDG Bali Pesanggaran

Denpasar – PLN Indonesia Power kembali menunjukkan langkah nyata dalam mendukung transisi energi bersih melalui pelaksanaan uji coba lanjutan cofiring hidrogen di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas (PLTDG) Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Bali Pesanggaran. Pengujian pra-operasi yang berlangsung pada 18–20 November 2025 ini menjadi kelanjutan dari uji hidrogen yang telah dilakukan tahun sebelumnya, sekaligus menandai komitmen perusahaan untuk menghadirkan inovasi energi ramah lingkungan di Indonesia. Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Agus Pramono hadir menyaksikan langsung proses pengujian. Kehadirannya menjadi bukti dukungan pemerintah terhadap pengembangan teknologi hidrogen sebagai salah satu solusi pengurangan emisi di sektor ketenagalistrikan.

Bernadus Sudarmanta, Direktur Utama PLN Indonesia Power, menyampaikan apresiasi atas keberhasilan rangkaian pengujian serta kolaborasi seluruh pihak yang terlibat. Menurutnya, implementasi cofiring hidrogen bukan sekadar pencapaian teknis, tetapi juga langkah strategis untuk memperkuat posisi Indonesia Power sebagai pelopor teknologi energi bersih di tanah air.

“Keberhasilan pengujian cofiring hidrogen di PLTDG UBP Bali ini menegaskan kesiapan Indonesia Power untuk memasuki fase transisi energi yang lebih maju. Hidrogen bukan lagi sekadar wacana, tetapi sudah kami uji dan buktikan dapat diterapkan secara nyata dan aman di aset pembangkitan. Ini adalah fondasi penting bagi upaya kami menurunkan emisi, meningkatkan efisiensi, sekaligus memperkuat portofolio energi bersih perusahaan. Kami bertericofiring kepada seluruh mitra yang telah berkontribusi, dan Indonesia Power akan terus melanjutkan inovasi demi mendukung target Net Zero Emission 2060,” ujar Bernadus.

Hedwig Lunga Sampe Pajung, VP Technology Development PLN Indonesia Power sekaligus penanggung jawab program cofiring hidrogen, menjelaskan bahwa pengujian tahun ini dilakukan dengan pendekatan yang lebih komprehensif dibandingkan tahun sebelumnya. Jika pada 2024 pengujian hanya dilakukan pada beban penuh (100% kapasitas mesin) dengan rasio cofiring 7%, maka pada 2025 pengujian melibatkan tiga variasi beban untuk mendapatkan gambaran performa yang lebih lengkap.

“Pengujian kali ini kami lakukan pada beban 75%, 85%, dan 100% kapasitas mesin. Hasilnya, rasio cofiring hidrogen mencapai 23% pada beban 75%, 22% pada 85%, dan 17% pada 100%. Dengan variasi ini, kami bisa melihat perilaku mesin di berbagai kondisi operasi dan menentukan batas maksimum hidrogen yang aman untuk setiap level beban,” jelas Hedwig.

Dari sisi teknis, pengembangan difokuskan pada sistem suplai hidrogen melalui penggunaan Pressure Regulator System (PRS) berbasis Programmable Logic Controller (PLC) dan Human Machine Interface (HMI). Sistem ini memungkinkan pengaturan injeksi hidrogen yang lebih akurat, efisien, dan aman.
“Dengan kontrol elektronik penuh, proses feeding hidrogen menjadi jauh lebih stabil dan presisi,” tambah Hedwig.

Selain itu, tim juga menemukan indikasi peningkatan efisiensi pembakaran. Pada kondisi beban yang sama, konsumsi energi total (gas alam + hidrogen) lebih rendah dibandingkan pembakaran murni gas alam. Hal ini diduga karena hidrogen membantu pembakaran lanjutan karbon monoksida (CO), yang terlihat dari kadar emisi CO yang lebih rendah saat cofiring.

Pelaksanaan cofiring hidrogen ini menjadi bagian penting dari dukungan PLN Indonesia Power terhadap roadmap transisi energi nasional dan pencapaian Net Zero Emission (NZE) 2060 yang ditetapkan pemerintah. Hedwig menegaskan bahwa keberhasilan teknis pengujian ini menunjukkan potensi hidrogen sebagai energi bersih yang dapat diaplikasikan secara berkelanjutan di masa depan.
“Jika keekonomiannya juga terpenuhi, hidrogen dapat disuplai secara kontinu sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi pembangkitan,” ujarnya.

Kesuksesan pengujian ini merupakan hasil kolaborasi berbagai pihak. Institut Teknologi Bandung (ITB) berperan sebagai konsultan perencanaan dan pelaksanaan pengujian, PDG bertanggung jawab atas pengembangan dan pembuatan PRS, sementara Wartsila berperan sebagai konsultan teknis pabrikan untuk memastikan keamanan cofiring terhadap mesin. Dengan rangkaian pengujian yang berjalan lancar, PLN Indonesia Power memperkuat posisinya sebagai pionir dalam pemanfaatan hidrogen di sektor pembangkitan listrik, sekaligus menunjukkan kesiapan nyata mendukung transisi energi nasional menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Cek juga

PLN Luncurkan Program Gelegar SwaCAM, Permudah Pelanggan Catat Pemakaian Listrik Mandiri

Bandung – PT PLN (Persero) terus berkomitmen meningkatkan layanan digital melalui aplikasi PLN Mobile, khususnya …