Fokus Energi.com, Jakarta – Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menyoroti berbagai tantangan dalam mengejar target lifting minyak dan gas secara nasional.
Menurut Mamit, Terkait dengan outlook migas 2023 dirinya mencatat ada beberapa indikator. Pertama, jika kita mengacu dalam RAPBN 2023 dimana ICP sebesar US$ 95 per barrel, lifting minyak 660 ribu BOPD, lifting gas 1,1 juta BOEPD maka saya melihatnya target dalam APBN tersebut masih cukup berat tercapai terutama terkait dengan lifting minyak dan gas. Saat ini kita tahu bahwa capaian lifting minyak dan gas kita masih di bawah yang ditetapkan dalam APBN 2022 padahal harga minyak dalam kondisi yang bagus.Hal ini terjadi karena memang kondisi lapangan migas kita yang sudah mature sehingga produksinya belum optimal.
Selain itu, minimnya kegiatan eksplorasi membuat cadangan migas kita tidak mengalami tambahan. Proses perizinan yang rumit juga menjadi kendala dalam mengejar lifting migas nasional. Disisi lain, kepastian hukum dalam industri migas yaitu revisi UU Migas no 22/2001 tak kunjung selesasi.
“Harapan saya di 2023 ini DPR dan pemerintah bisa sepakat untuk menyelesaikan revisi UU migas tersebut untuk memperbaiki iklim investasi migas kita. Terkait dengan ICP, saya melihatnya di 2023 bisa tercapai meskipun saat ini dibayangi dengan adanya isu resisi ekonomi secara global. tapi harga minyak akan berada di angka 80-90$ per barel di 2023 yang akan datang,”ujar Mamit