Jakarta, fokusenergi.com – Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto mengungkapkan, Industri minyak dan gas bumi menghadapi tantangan seiring transformasi dunia menuju transisi energi bersih, sehingga sektor keuangan berhenti untuk mendanai proyek migas baru.
“Oleh karena itu, investasi dalam proyek migas masih diperlukan untuk memberikan ketahanan energi serta memenuhi permintaan migas yang semakin meningkat, sebelum teknologi energi terbarukan menjadi lebih kompetitif,” ungkap Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto di Jakarta (18/7/23).
Dwi menambahkan, dengan mempertimbangkan bahwa potensi hulu migas Indonesia masih sangat besar, Pemerintah menargetkan produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 BSCFD pada tahun 2030 yang ditujukan khusus untuk pemanfaatan dalam negeri.
Untuk mendorong investasi hulu migas di Indonesia, kata Dwi, SKK Migas telah melakukan beberapa terobosan kebijakan, melalui fleksibilitas kontrak (Cost Recovery PSC atau Gross Split PSC), perbaikan terms and conditions pada lelang wilayah kerja migas, insentif fiskal/non-fiskal, pengajuan izin online dan penyesuaian regulasi migas non konvensional.
Sebelumnya Menteri ESDM Arifin Tasrif menegaskan, untuk menarik investasi hulu migas, pemerintah akan merevisi UU Migas Tahun 2001 dengan memberikan seperti perbaikan jangka waktu fiskal, kemudahan berusaha dan kepastian kontrak. Selain itu, Pemerintah siap membuka dialog dengan kontraktor dan investor untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kompetitif dan meningkatkan ekonomi proyek.