JAKARTA – PLN Nusantara Power (PLN NP) melalui salah satu unit pembangkitnya (UP) Rembang berhasil mengelola dan mengubah Fly Ash Bottom Ash (FABA) menjadi barang memiliki estetika, yaitu pot bunga. Sebanyak 150 buah pot bunga dari FABA dengan ukuran 47 cm dan diameter luar 50 cm dan diameter dalam 58 cm, diserahkan kepada Istri Sultan Hamengkubuwono X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas di halam Keraton Yogyakarta pada Jumat (8/9). Pot bunga ini akan digunakan di lingkungan keraton untuk mempercantik lingkungan.
GKR Hemas yang menerima langsung pot FABA tersebut menyampaikan ungkapan terima kasihnya kepada PLN Nusantara Power. Menurutnya, strategi dalam pengolahan FABA ini adalah salah satu upaya dalam meningkatkan kelestarian lingkungan.
“Terima kasih kepada PLN Nusantara Power atas komitmennya yang juga melestarikan lingkungan. Pot yang berbahan FABA ini akan menjadi penghias sudut- sudut di wilayah Yogyakarta”
Pot Faba ini merupakan salah satu produk pengolahan FABA yang merupakan sisa pembakaran pada PLTU. Dibutuhkan total sebanyak 3,04 ton FABA untuk membuat 150 buah pot dan dalam pengerjaanya bekerja sama dengan masyarakat sekitar PLTU Rembang.
Selain pot FABA, PLTU Rembang juga telah bekerjasama dengan perusahaan produksi semen, perusahaan produsen beton dan perusahaan pembuat paving block dalam melakukan pemanfaatan dan pengolahan FABA menjadi barang yang memiliki nilai manfaat.
Direktur Utama PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah menyampaikan pemanfaatan FABA ini sudah banyak dilakukan di unit pembangkit milik PLN Nusantara Power. Bahkan di daerah lain, PLN NP berhasil mengolah FABA menjadi rumah layak huni yang diberikan kepada warga kurang mampu.
“Kami PLN Nusantara Power selalu berkomitmen untuk menghadirkan nyala terang energi listrik bagi Indonesia. Selain itu, di seluruh unit pembangkit kami juga telah berupaya untuk memberikan manfaat kepada sosial dan lingkungan”, terang Ruly.
FABA adalah material sisa dari proses pembakaran batu bara. Secara fisik, FABA berbentuk seperti debu halus yang mirip dengan abu dari gunung berapi. Perbedaannya terletak pada tingkat kehalusan, tekstur FABA sedikit lebih halus jika dibandingkan dengan abu vulkanik.
Sedangkan perbedaan antara fly ash dan bottom ash terletak pada ukuran dan karakteristiknya. Walaupun keduanya berasal dari hasil proses pembakaran batu bara, tetapi bottom ash memiliki ukuran yang lebih besar daripada fly ash yang berukuran lebih halus, sehingga bottom ash disebut sebagai abu yang “terendapkan” dan fly ash disebut sebagai abu terbang.
Pemanfaatan FABA yang paling memungkinkan secara keekonomian adalah untuk bahan konstruksi. Ini yang jadi salah satu pemantik PLN untuk mendorong pemanfaatannya, bukan untuk perusahaan tapi untuk masyarakat. Selain sebagai salah satu strategi mencapai target karbon netral pada tahun 2060, pemanfaatan FABA telah menjadi sumber daya ekonomi sirkuler untuk dioptimalkan bagi kemaslahatan bersama.
Beberapa laboratorium telah melakukan uji kimia dan biologi atas FABA, antara lain laboratorium Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Kementerian ESDM bersama Laboratorium Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PPSDAL) Universitas Padjadjaran. Beberapa pengujian toxicology pun menunjukkan bahwa abu batu bara (FABA) yang diteliti dapat dikategorikan sebagai limbah tetapi bukan B3.