JAKARTA – PT PLN (Persero) terus berupaya meningkatkan bauran energi terbarukan Biomassa dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 atau lebih cepat. Pada acara Indonesia International Heating Technology Exhibition (HEATECH) yang diselenggarakan di JIEXPO Jakarta, Jumat (6/10), salah satu sumber yang hangat diperbincangkan ialah tandan kosong kelapa sawit.
Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Trois Dilisusendi menjelaskan, pemanfaatan pellet tandan kosong kelapa sawit merupakan angin segar, pertanda makin banyak sumber olahan sampah yang bisa digunakan sebagai bahan baku Biomassa Co-Firing. Menurutnya, bukan perkara mudah mengolah limbah tandan kosong kelapa sawit menjadi bahan baku Biomassa.
”Awalnya kita kesulitan soal teknologi. Namun Alhamdulillah, saat ini pellet tandan kosong kelapa sawit sudah bisa diproduksi dan dimanfaatkan untuk Co-Firing,” ujar Trois.
Trois pun berharap, inovasi ini bisa diterapkan pada 52 PLTU milik PLN yang telah diberi mandat melakukan Co-Firing.
Direktur Utama PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) Iwan Agung Firstantara mengatakan, pihaknya berkomitmen penuh mendukung rencana pemerintah dalam mencapai target pemanfaatan Co-Firing sebesar 10,2 juta ton pada tahun 2025. Menurutnya, substitusi bahan bakar batu bara ke biomassa ini adalah proyek yang strategis.
”Selain bisa mengurangi ketergantungan atas batu bara yang merupakan energi fosil, langkah ini menjadi salah satu cara untuk menurunkan emisi karbon mencapai NZE 2060. Dengan co-firing biomassa PLN bisa mendapatkan energi bersih dengan biaya minimal,” ungkap Iwan.
Di sela acara ini, dilangsungkan pula MoU antara PLN EPI dan PT Elektrika Konstruksi Nusantara (EKN) dalam pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit menjadi Co-firing Biomassa pada PLTU Bengkayang. Ke dua pihak bersepakat melibatkan masyarakat Sambas secara langsung dalam proses produksi Biomassa tersebut.
Iwan menjelaskan, pengolahan Biomassa ini mampu menyerap 40 tenaga kerja lokal di Sambas Kalimantan Barat. Ia pun optimis, program Co-Firing jenis lain yang digagas akan mampu menyerap tenaga kerja lokal secara masif dan mengurai permasalah sampah yang banyak terjadi di berbagai daerah.
“Ada 40 orang yang terlibat dalam produksi pellet tandan kosong kelapa sawit. Demikian juga dengan biomassa jenis lainnya. Semoga ini jadi awal yang baik karena selama ini mungkin tandan kosong menumpuk di kebun dan sekarang sudah bisa dimanfaatkan,” lanjut Iwan Agung.
Ketua Umum Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI), Milton Pakpahan mengapresiasi langkah PLN dalam memanfaatkan limbah sawit sebagai bahan baku Co-Firing Biomassa. “Saya sangat berterimakasih dan mengapresiasi PLN EPI. Banyak teman-teman yang siap mendukung PLN EPI dalam hal penggunaan biomassa untuk mencapai target 10,2 juta ton,” ucap dia.
Menguatkan pendapat tersebut, Ketua Masyarakat Ketenegalistrikan (MKI) Kalimantan Barat, M Ariyanto mengatakan, keberadaan sumber daya tandan kosong kelapa sawit sangat melimpah khususnya diwilayah Kalimantan Barat. Menurutnya, selama ini tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah.
Namun Ariyanto meyakini, jika tandan kosong itu pasti punya nilai ekonomi. Ariyanto pun terdorong melakukan riset untuk membuktikan manfaat tandan kosong kelapa sawit dengan menggandeng Universitas Tanjungpura. Riset ini sudah berjalan empat tahun dan kini dirinya membuktikan bahwa tandan kosong kelapa sawit bisa di dijadikan bahan baku Co-Firing Biomassa.
“Alhamdulillah, setelah empat tahun akhirnya kami bisa memproduksi pellet dari tandan kosong kelapa sawit,” jelas Ariyanto.
Ariyanto mengungkapkan, banyaknya sumber tandan kosong yang ada di Kalimantan Barat di dukung oleh keberadaan pabrik kelapa sawit (PKS) dengan potensi 170 per harinya.
Sementara itu, Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Universitas Tanjungpura, Junaidi menjelaskan, PT EKN dan Universitas Tanjungpura banyak melakukan percobaan, utamanya terkait pencacahan tandan kosong sebelum proses pemeletan. Menurutnya, proses pencacahan tandan kosong beda dengan kayu. Ia mengatakan, tandan kosong bersifat ulet dan berserabut.
“Serabutnya kerap jadi kendala saat pencacahan. Namun berkat semangat dan pantang menyerah, akhirnya tandan kosong yang semula limbah, kini punya nilai ekonomi. Semoga ke depan kapasitas produksinya bisa semakin ditingkatkan,” tandas Junaidi.