Lombok, fokusenergi.com – Subholding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) meresmikan Kick Off Proyek Gasifikasi Pembangkit listrik gas di 13 (tiga belas) titik strategis di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Senin (23/12). Upaya ini untuk meningkatkan ketahanan energi di wilayah Timur Indonesia dan mendukung target transisi energi.
Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara menjelaskan program gasifikasi ini untuk mengurangi ketergantungan pada Bahan Bakar Minyak (BBM) dan beralih ke gas yang lebih ramah lingkungan dan efisien.
“Proyek gasifikasi ini akan mengurangi penggunaan BBM secara signifikan, dari 3,5 juta kilo liter menjadi hanya 0,5 juta kiloliter pada tahun 2030,” ujar Iwan.
PLN EPI menargetkan penghematan dalam biaya operasional. Selain itu, gasifikasi juga diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi pembangkit listrik di berbagai wilayah di Indonesia.
Program gasifikasi klaster Nusa Tenggara pada tahap pertama akan mencakup 13 (tiga belas) lokasi pembangkit gas eksisting yang tersebar di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), meliputi PLTMGU Lombok Peaker, PLTMG Mobile Power Plant (MPP) Jeranjang, PLTMG Lombok 2, PLTMG Sumbawa 1,2 dan 3, PLTMG Bima, PLTMG Kupang Peaker, PLTMG Kupang 2, PLTMG Maumere, PLTMG MPP Labuan Bajo, PLTMG Rangko dan PLTMG Flores. Total kapasitas pembangkit dari tiga belas titik ini mencapai 658 Megawatt.
“Kick off yang dilaksanakan pada 23 Desember 2024 di PLTMG Lombok Peaker ini dimulai dengan penyiapan konstruksi untuk memastikan gasifikasi dapat diselesaikan pada pertengahan 2026″, jelas Iwan.
Direktur Manajemen Pembangkitan PT PLN (Persero), Adi Lumakso, menekankan gasifikasi merupakan langkah strategis untuk mengatasi permasalahan ketergantungan pada BBM yang mahal dan beremisi tinggi.
Menurut Adi, “Dengan dimulainya program gasifikasi ini, pasokan gas akan tersedia secara berkelanjutan, sehingga dual-firing system dapat dioptimalkan untuk memprioritaskan penggunaan gas sebagai sumber energi utama yang tersedia melimpah di dalam negeri. Ini akan mengurangi risiko gangguan suplai untuk pembangkit”, tambah Adi.
Selain itu, Adi menjelaskan bahwa gasifikasi akan membantu mengurangi biaya produksi listrik dan meningkatkan keandalan sistem kelistrikan di wilayah-wilayah yang memiliki potensi energi terbarukan tetapi bersifat intermittent, seperti tenaga surya dan angin.
Asisten I Setda Kota Mataram, Lalu Martawang, menyoroti pentingnya proyek gasifikasi dalam mendorong kemajuan Kota Lombok. Ia menambahkan bahwa proyek ini akan menjadi tonggak penting bagi pembangunan berkelanjutan di Lombok, terutama dalam mendukung sektor pariwisata dan industri.
“Dengan adanya gasifikasi di Lombok, kami optimis kota ini akan berkembang pesat, menarik lebih banyak investasi, dan meningkatkan daya tarik bagi para investor, khususnya di Kota Mataram”, tutup Lalu Martawang.