JAKARTA – Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023 pada sektor energi menitikberatkan fokusnya pada “Achieving Sustainable Energy Security Through Connectivity” atau pencapaian ketahanan energi berkelanjutan melalui interkonektivitas.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan bahwa ketahanan energi adalah kunci untuk menggerakkan mesin pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN. ASEAN telah tumbuh dan menjadi kawasan terdepan bagi pembangunan ekonomi global dan diproyeksikan akan terus tumbuh sampai lima tahun ke depan. Sumber energi yang beragam dan melimpah di kawasan ASEAN harus dimanfaatkan dan disinergikan untuk memenuhi kebutuhan wilayah ini.
Lebih lanjut Rida menyampaikan, interkonektivitas di antara negara-negara ASEAN akan meningkatkan pemanfaatan energi baru, mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, dan menciptakan sistem energi rendah karbon yang andal, berkelanjutan, dan terjangkau. Interkonektivitas juga akan mengakselerasi transisi energi bersih dan memenuhi komitmen aksi mitigasi perubahan iklim pada negara-negara ASEAN.
“Interkonektivitas di antara negara-negara ASEAN menjadi isu krusial yang ingin disampaikan Indonesia dalam Keketuaan ASEAN tahun ini. Negara-negara ASEAN perlu berkolaborasi secara aktif untuk menyiapkan perdagangan energi secara multilateral. ASEAN Power Grid dan Trans ASEAN Gas Pipeline ada dua inisiatif yang kita lakukan untuk mewujudkan misi ini,” ujar Rida pada ASEAN Event Series: Preparation to Advance Multilateral Electricity Trading in The ASEAN Power Grid (APG) in Supporting Sustainable Energy Security Through Interconnectivity, di Jakarta, Rabu (5/3).
Sejak penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) ASEAN Power Grid (APG) pada awal tahun 2000-an, hingga saat ini masih dipastikan bahwa seluruh negara anggota ASEAN masih diuntungkan oleh jaringan listrik yang terkoneksi. Indonesia pun menyambut baik perpanjangan MoU ini setelah tahun 2024.
Progres di tahun 2022, jaringan listrik di Laos, Thailand, Malaysia, dan Singapura telah terkoneksi melalui Lao PDR, Thailand, Malaysia, Singapore Power Integration Project (LTMS-PIP), yang terbukti telah meningkatkan pemanfaatan sumber energi terbarukan serta menambah ketahanan dan stabilitas jaringan listrik di sub-regional tersebut.
“Ini adalah milestone bagi integrasi yang berlangsung di ASEAN. Head of ASEAN Power Utilities/Authorities (HAPUA) memegang peranan penting sebagai penghubung vital untuk mencapai ini. HAPUA menjadi kunci untuk membuka program unggulan ASEAN, yaitu ASEAN Power Grid (APG). Dengan semangat “no one left behind” dalam pemanfaatan interkonektivitas, kami mendorong inisiasi interkoneksi baru di subregional Brunei, Indonesia, Malaysia dan Filipina (BIMP),” tambahnya.
Indonesia mengharapkan dukungan terus menerus dari negara-negara BIMP dan HAPUA dalam mengimplementasikan Perjanjian Antarpemerintah yang baru tentang Perdagangan Listrik Multilateral di wilayah BIMP.
“Kami harap akan terjadi konsensus antara negara anggota ASEAN pada Deklarasi Bersama Ketahanan Energi Berkelanjutan melalui Interkonektivitas sebagai highlight pada Keketuaan ini,” pungkas Rida