BALI – Subholding PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), menegaskan komitmennya untuk mempercepat transformasi energi terbarukan guna mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 melalui inovasi teknologi dan pengembangan bauran energi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini dipaparkan oleh PLN EPI di dalam forum 24th ASEAN Senior Officials Meeting on Minerals (ASOMM) & ASEAN Mining Conference 2024 yang digelar di Bali (20/11).
Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara, mengatakan bahwa target ini tidak hanya menjadi bagian dari komitmen nasional Indonesia tetapi juga tanggung jawab global dalam mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca.
“PLN EPI memposisikan diri sebagai pelopor dalam transformasi energi di kawasan ASEAN. Kami percaya bahwa energi hijau adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik,” ujarnya.
Senior Vice President Pengembangan Bisnis Batubara PLN EPI, Eko Yuniarto mengungkapkan bahwa dalam upaya mencapai NZE pada tahun 2060, bauran energi nasional Indonesia akan mengalami perubahan besar. Energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa akan memainkan peran utama dalam menciptakan bauran energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, dengan target mencapai 69% dari total bauran energi pada tahun 2060.
“Transformasi ini akan didorong oleh sejumlah langkah strategis dan inovatif yang telah dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil, serta menurunkan emisi karbon secara signifikan,” ujar Eko.
Tak hanya itu, Yuniarto menyebutkan bahwa PLN juga memanfaatkan Program Coal Blending dan Coal Switching Batubara untuk mengoptimalkan penggunaan batubara yang lebih efisien.
“Program ini bertujuan untuk mencampurkan batubara dengan kualitas yang berbeda sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Dengan cara ini, PLN dapat memastikan pasokan energi tetap stabil dan efisien, sambil mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan batubara,” ungkapnya.
Namun, Yuniarto menjelaskan meski fokus PLN adalah energi terbarukan, batubara masih menjadi tulang punggung sistem kelistrikan nasional pada masa transisi.
“Pada Tahun 2024, kebutuhan batubara untuk PLN dan produsen listrik independen (IPP) diperkirakan mencapai 167,98 juta ton, dan meningkat 4% menjadi 174,66 juta ton pada Tahun 2025,” ujarnya.
Yuniarto menyebutkan bahwa penggunaan batubara akan terus menurun mulai 2030 hingga hanya menyumbang 8% dari bauran energi pada 2060.
“Batubara masi berperan penting dalam menjaga stabilitas pasokan energi saat ini. Namun, kami juga berkomitmen untuk secara bertahap melakukan transisi menuju energi bersih seiring berjalannya waktu,” tambah Eko.
Strategi PLN selaras dengan Enhanced Nationally Determined Contributions (ENDC) yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, yang menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca lebih besar dari komitmen awal. Upaya ini tidak hanya mendukung pencapaian target domestik tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin dalam transisi energi di ASEAN.
PLN EPI memproyeksikan bahwa tanpa kontrol emisi, sektor energi dapat menyumbang hingga 1.057 juta ton CO2 pada 2060. Namun, dengan inovasi teknologi dan kebijakan transisi energi yang ketat, target nol emisi diyakini dapat tercapai.
Melalui berbagai langkah strategis dan investasi dalam teknologi hijau, PLN EPI optimis dapat mencapai transformasi energi yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga menjamin pasokan listrik yang andal bagi masyarakat.
“Transformasi ini adalah perjalanan panjang, tetapi kami percaya bahwa visi untuk masa depan hijau akan membawa manfaat besar bagi generasi mendatang,” pungkas Eko.