JAKARTA – Riki Ibrahim, pengamat energi, dosen Universitas Darma Persada yang Dirut PT GeoDipa (Persero) periode 2016-2022 melalui siarannya mengucapkan selamat HUT GeoDipa ke 22 dan semoga sebagai misi satu-satunya BUMN khusus Geotermal di Indonesia dapat mengerjakan Goverment Drilling bersama PT SMI (Persero) dan Ditjend EBTKE KESDM secara berkelanjutan, mengingat potensi sumberdaya panas bumi Indonesia yang masih banyak sekali itu perlu dilakukan pengeboran eksplorasi. Riki menjelaskan “Pentingnya eksplorasi Geotermal di Indonesia itu adalah untuk menurunkan persepsi risiko tinggi, seperti memilih kucing dalam karung” dan dapat mengakibatkan tingginya harga listrik panas bumi”.
Acara HUT GeoDipa ke 22 dirayakan di Dieng dengan acara GeoDipa Khayangan Run 10 Km dan Potong Tumpeng bersama Wakil Menteri Keuangan, Staf Akli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan, Staf Akli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kementerian Keuangan, bersama SMV Kementerian Keuangan serta jajaran eselon 2, Kanwil DjKN Jawa Tengah.
Riki juga menyatakan “Imam Prasodjo tokoh nasional di bidang sosiologi yang saat ini sedang mengupayakan perbaikan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu di Jawa Tengah yang mengalami kondisi kritis diakibatkan tingginya sendimentasi pada DAS Sungai Serayu.”
Keadaan Waduk Mrica yang terus menerus mengalami pendangkalan yang perlu penanganan segera. “Jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banjarnegara (BPBD) Banjarnegara dan Wonosobo juga memaparkan potensi bencana yang dapat terjadi bila hujan lebat terjadi di masa mendatang”, ujar Riki.
“Paparan Imam Prasodjo yang memandu penjelasan dalam acara penyelamatan DAS Serayu tersebut untuk menggalang sinergi dalam melakukan langkah-langkah aksi yang sangat penting”, sambut Riki.
Problemanya itu adalah karena kebutuhan masyarakat mengejar kepentingan perut… Oleh karena itu, yang paling tepat untuk solusi ini adalah mengajak seluruh komponen lembaga pemerintah/penguasa, pejabat pemerintah, wakil rakyat DPR dan DPRD untuk tinggal disana melihat sendiri seluruh lereng pegunungan dataran tinggi Dieng yang sudah padat dengan pertanian kentang dan kubis, agar mereka dapat memberi solusi secara terpadu. “Kalau hanya mengandalkan program-program CSR dari perusahaan, semua itu kurang berdampak spt menggarami lautan, yang sudah dilakukan sejak tahun 80an”, pungkas Riki.