BONTANG – Di tengah terpaan angin kencang di laut sekitar Kampung Tihi-Tihi, Bontang Selatan, kehidupan nelayan tangkap mengalami beberapa masalah. Kondisi cuaca yang tak menentu membuat mereka sering kali harus menepi, tak bisa melaut, dan berujung pada penghasilan yang tidak pasti. Ditambah lagi, ancaman polusi limbah di lautan yang mengakibatkan kerusakan ekosistem laut, menggerus mata pencaharian nelayan tangkap dan pembudidaya rumput laut.
“Sebagian besar warga di sini bekerja sebagai nelayan tangkap dan nelayan rumput laut. Kalau cuaca lagi tidak mendukung, kami tidak melaut”, ungkap Muslimin, Ketua RT 17 Kampung Tihi-Tihi.
Sejak tahun 2023, melalui program pengembangan masyarakat, Badak LNG berkolaborasi dengan warga Kampung Tihi-Tihi menciptakan “Menara Marina” atau Menuju Nelayan Ramah Lingkungan Mandiri dan Sejahtera. Program tersebut tak hanya menjadi angin segar bagi warga Kampung Tihi-Tihi, tetapi juga menjadi jawaban jangka panjang untuk permasalahan masyarakat di sana.
“Kehadiran Badak LNG membantu kampung kami dari segala hal. Baik dari ekonomi, sosial, pendidikan, bahkan hingga kesehatan. Fasilitas umum di sini pun diperbaiki oleh perusahaan,” jelas Muslimin.
Tahun ini, Badak LNG menghadirkan inovasi terbaru yakni “Jaka Samudra” atau Jaringan Kawasan Sistem Pelampung Akuakultur Modern Ramah Lingkungan. “Jaka Samudra” merupakan bagan apung modern dan ramah lingkungan untuk mengatasi permasalahan nelayan tangkap agar tetap dapat mencari nafkah meski kondisi tidak bersahabat.
Teknologi untuk Mengatasi Ketidakpastian
Bagan apung telah lama menjadi impian nelayan Tihi-Tihi. Inovasi tersebut ibarat “sawah di laut” yang bisa menjadi sumber penghidupan baru, terutama ketika para nelayan tidak bisa melaut karena cuaca buruk.
“Kami memang ingin sekali memiliki bagan apung. Karena melihat usaha bagan apung sepertinya dapat membuka jalan untuk tambahan pemasukan kami”, ungkap Irwan, salah satu warga Kampung Tihi-Tihi sekaligus anggota kelompok binaan program Menara Marina.
Oleh karena itu, Badak LNG perkenalkan Jaka Samudra, bagan apung yang menggunakan teknologi serta memanfaatkan limbah non B3 dari proses produksi perusahaan, seperti pipa FRP (Fiberglass Reinforced Plastic) dan polyurethane. Tidak seperti bagan biasa, bagan apung Jaka Samudra dilengkapi dengan pelampung FRP yang memiliki ketahanan hingga 40 tahun. Pelampung ini juga dilengkapi sensor pintar untuk mendeteksi kebocoran dini dan mendeteksi kemiringan bagan apung. Pembuatan sensor pintar juga memanfaatkan limbah non B3 yaitu tubing AC. Sensor pintar tersebut dapat memberikan peringatan kepada nelayan di Tihi-Tihi melalui notifikasi via telepon seluler jika ada masalah karena dapat dipantau dari jarak jauh.
Inovasi ini juga memungkinkan nelayan dapat memitigasi dan mencegah bagan apung karam karena kebocoran.
“Apartemen Ikan” dan Energi Terbarukan
Tak berhenti pada bagan apung saja, Badak LNG juga meningkatkan inovasinya dengan membangun “Apartemen Ikan” atau concrete reef yang merupakan struktur buatan menyerupai rangka kubus ditempatkan di bawah bagan apung untuk menjadi tempat tingkal ikan. Dibuat dari limbah non B3 kalsium silikat, apartemen ikan ini diharapkan dapat meningkatkan populasi ikan di sekitar bagan, memberikan manfaat langsung bagi nelayan.
Comdev Facilitator Badak LNG, Restra Sewakotama menerangkan concrete reef dari kalsium silikat aman untuk lingkungan laut. “Dalam waktu dua minggu, concrete reef ini efektif menarik ikan-ikan untuk berdatangan. Kami pun menggunakan kalsium silikat yang merupakan salah satu jenis mineral dan dapat terurai di lautan. Jadi lebih ramah lingkungan,” terangnya.
Bagan apung Jaka Samudra juga mengintegrasikan penggunaan energi terbarukan. Panel surya dipasang sebagai sumber energi untuk lampu-lampu atraktor di bawah dan di atas air. Inisiatif tersebut dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Membangun Ekosistem Laut yang Lestari
Sejalan dengan tema “Waste-Free Ocean for Future Fit Society”, Badak LNG terus berusaha untuk menciptakan lingkungan laut yang bersih dan sehat. Pada tahun 2023, program Menara Marina telah memperkenalkan KAPSURULA (Kapsul Pelampung Rumput Laut Ramah Lingkungan) untuk menggantikan pelampung botol plastik yang selama ini digunakan dalam budidaya rumput laut. Hingga saat ini, sebanyak 1.500 KAPSURULA telah digunakan, membantu menekan dampak mikroplastik di laut dan mendukung upaya daur ulang.
“Di tahun 2023, Badak LNG menghadirkan inovasi sosial KAPSURULA, dan di tahun 2024 kami kembali berinovasi dengan bagan apung Jaka Samudra”, kata Ilham Ayuning Tanjung Sari, CSR & Community Development (Comdev) Specialist Badak LNG.
Dengan hadirnya bagan apung Jaka Samudra, menjadi pelengkap kebutuhan Kampung Tihi-Tihi untuk dapat semakin berkembang. “Kebutuhan kami mulai tercukupi dengan adanya dukungan dari perusahaan. Semoga dengan berbagai inisiatif dan dukungan Badak LNG, perekonomian masyarakat di Kampung Tihi-Tihi bisa semakin bertambah,” ungkap Irwan.
Badak LNG senantiasa berupaya menciptakan ekosistem laut yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Inovasi sosial ini ditargetkan dapat memberikan peluang ekonomi yang lebih beragam bagi para nelayan.
“Bagan apung Jaka Samudra adalah salah satu contoh pemanfaatan teknologi untuk membantu ekonomi masyarakat, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan,” ungkap Comdev Analyst Badak LNG, Dwi Thia Putri.
Kehadiran program Menara Marina melalui inovasi sosial Jaka Samudra menjadi bentuk upaya kolaboratif antara perusahaan dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan laut yang lestari untuk semua.