DUMAI – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) melalui Wilayah Kerja Rokan membuktikan diri sebagai perusahaan terdepan dalam upaya pelestarian hutan dan kawasan mangrove di Indonesia. Dimana sejauh ini, PHR telah melaksanakan program Konservasi Hutan Mangrove dan memanfaatkannya sebagai kawasan Ecoeduwisata Bandar Bakau di Dumai, Provinsi Riau.
Dalam hal ini, PHR bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Riau berkolaborasi dalam membina Kelompok Pecinta Alam Bahari Dumai untuk menjaga lingkungan di pesisir Riau tersebut. Program ini mendukung kegiatan konservasi ekosistem mangrove dengan memberdayakan masyarakat tempatan yang menamai dirinya Kelompok Pecinta Alam Bahari Bandar Bakau Dumai di Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai Barat, Kota Dumai.
Secara periodik PHR bersama Tim LPPM Universitas Riau melakukan pendampingan dan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat tersebut. Terdapat kawasan seluas 2,6 hektar yang dimanfaatkan dalam program lingkungan ini. PHR juga turut menghadirkan berbagai fasilitas pendukung, seperti pusat informasi, panggung teater, sarana jalur bakau dari beton dan infrastruktur lain.
Pendiri Kelompok Pecinta Alam Bahari Bandar Bakau Dumai, Darwis mengatakan, bahwa konservasi mangrove merupakan salah satu unsur penting dalam menjaga kawasan pesisir dari ancaman abrasi. Pihaknya yang didukung oleh PHR ini konsisten menjalankan berbagai program lingkungan untuk kemaslahatan masyarakat. Sebab, selain untuk menahan laju abrasi, hutan bakau juga dikenal sebagai simbol budaya masyarakat Dumai.
“Mangrove ini sangat bermanfaat bagi lingkungan di pesisir pantai. Program kami meliputi pembibitan, penanaman bakau, edukasi ke anak-anak sekolah hingga pemberdayaan kelompok UMKM,” kata Darwis.
Sejak menjadi binaan PHR, pria yang berlatar belakang penulis sastra dan budaya ini mengakui bahwa terdapat peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari sisi meningkatnya kunjungan masyarakat, serta kepuasan dan kenyamanan pengunjung. “Kepuasan dan kenyamanan adalah yang utama,” tuturnya.
Secara umum, Kelompok Pecinta Alam Bahari Bandar Bakau Dumai yang diinisiasi Darwis ini meliputi kelompok tani hutan yang berfokus pada pembibitan untuk restorasi mengrove, kemudian kelompok sadar wisata atau pokdarwis yang berperan dalam promosi sisi pariwisata, kelompok UMKM hingga kelompok usaha bersama yang menciptakan berbagai produk kuliner.
Selain itu, masyarakat tempatan tersebut juga secara konsisten melakukan pembibitan dan penanaman mangrove di kawasan pesisir dalam rentang waktu 3 bulan sekali. “Melanjutkan kegiatan pasca alih kelola, kita sudah jalankan program penanaman mangrove 3 bulan sekali, jika dihitung mungkin sudah sekitar 50 ribu pohon yang ditanam untuk menjaga lingkungan. Kawasan ini juga menjadi pusat studi anak-anak sekolah untuk belajar tentang hutan mangrove,” ungkapnya.
Terpisah, Corporate Secretary PHR, Rudi Ariffianto menyampaikan bahwa PHR terus berikhtiar dalam menjaga alam dan ekosistem lingkungan yang terjaga demi generasi penerus bangsa. Program ini diimplementasikan lewat pembinaan kelompok masyarakat tempatan yang berfokus untuk menjaga lingkungan di pesisir Riau tersebut.
“Ini merupakan komitmen PHR untuk berperan aktif dalam pelestarian kawasan mangrove di Indonesia. Lewat program TJSL di bidang lingkungan ini, PHR konsisten untuk terus menghadirkan alam yang lestari,” jelasnya.
Program konservasi mangrove dan ecoeduwisata bandar bakau merupakan implementasi dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHR. Selain biang lingkungan hidup, PHR juga berfokus pada bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat, pendidikan, kesehatan, dan bantuan pasca bencana.
Berawal dengan 10 program di tahun 2021, kini PHR dalam setahun telah melaksanakan 30 program TJSL yang dilaksanakan oleh berbagai mitra pelaksana yang jumlahnya juga meningkat dari 10 ke 21 mitra. Dari segi dampak ke masyarakat, terdapat peningkatan 4 kali lipat jumlah penerima manfaat, dari 5.000 menjadi 21.000 orang penerima manfaat di Provinsi Riau untuk seluruh program CSR di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan tersebut. Seluruh program itu tercakup ke dalam 12 dari 17 tujuan atau goals dalam Sustainable Development Goals (SDGs).