Saturday , November 23 2024

Program CSR Balanipa Pertamina Hulu Sanga Sanga Dukung Inovasi Pemanfaatan Limbah Tali Kapal di Muara Badak

MUARA BADAK – PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) memperkenalkan program CSR unggulannya, Balanipa, dengan inovasi pemanfaatan kembali tali kapal oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Balanipa melalui teknologi Balanipa Rope Technology (Barotech) di Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Barotech merupakan alat pemintal tali bekas kapal yang berhasil meningkatkan efisiensi dan produktivitas kelompok tersebut.

Inovasi yang dikembangkan dalam program ini adalah pemanfaatan kembali tali kapal melalui teknologi Balanipa Rope Technology (Barotech). Solusi ini meningkatkan efisiensi dan produktivitas kelompok tersebut, karena alat ini mampu menghemat waktu produksi, dari sebelumnya 30 menit per roll tali menjadi hanya 10 menit. Dengan demikian, kelompok dapat memproduksi hingga 25 rol tali per hari, meningkat dari sebelumnya hanya 6 rol tali.

Kualitas tali yang dihasilkan juga lebih baik, karena hasil pintalan lebih erat dan kuat dibandingkan dengan metode manual. Alat ini telah mendapatkan paten sederhana dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan nomor IDS000006015. Program ini terbukti memberikan dampak signifikan pada ekonomi masyarakat.

Head of Communication Relations & CID Zona 9, Elis Fauziyah, menjelaskan bahwa program ini memberikan manfaat besar bagi usaha kecil dan menengah (UMKM) yang mempraktikkan ekonomi sirkular. “Potensi dari usaha UMKM yang menerapkan konsep ekonomi sirkular ini sangat baik, karena mampu menghasilkan omzet yang besar. Selain itu, usaha ini juga melibatkan warga sekitar dan memberdayakan kaum perempuan di dalamnya,” ujar Elis.

Dari segi ekonomi, Elis menambah bahwa kelompok ini mampu meraih omzet hingga Rp 217,5 juta per bulan. Penjualan tali rumpon sangat diminati, sehingga kelompok ini berhasil menjual 750 roll tali dengan harga Rp 290 ribu per roll. Dampaknya, pendapatan anggota kelompok bisa mencapai Rp 2 juta per bulan. Selain itu, nelayan yang menggunakan tali tersebut juga mendapat manfaat, dengan penghematan hingga Rp 1 juta per roll tali dibandingkan harus membeli tali baru.

Berawal dari kondisi di perairan Muara Badak yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar, lokasi yang strategis bagi lalu lintas kapal dan menjadi sumber daya perikanan yang penting. Namun lalu lintas kapal besar membawa dampak negatif berupa sampah laut, salah satunya adalah limbah tali bekas kapal hingga 180 ton per tahun.

Perusahaan melihat kondisi ini sebagai tantangan dan menyadari bahwa tali tersebut dapat diolah kembali menjadi tali rumpon, yang biasa digunakan oleh nelayan. Dengan kombinasi bahan baku seperti nylon, sutera, dan semi-sutera, tali rumpon yang dihasilkan lebih kuat serta lebih murah dibandingkan produk serupa di pasaran. Selain itu, tali ini juga dapat diolah menjadi produk turunan lainnya, seperti tempat sampah, aksesoris, wall mirror, dan stools ecobrick, yang memiliki nilai tambah dan mendukung upaya pengurangan limbah.

Sementara pada September 2023 silam, terungkap bahwa Desa Badak Baru, Kecamatan Muara Badak, memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi, dengan 53 perempuan di desa tersebut tidak memiliki pekerjaan. Menanggapi hal ini, pada tahun 2020, PHSS meluncurkan inisiatif pemberdayaan masyarakat, khususnya bagi kelompok rentan yang mayoritas perempuan, melalui program KUBE Balanipa yang memanfaatkan tali bekas kapal.

Program ini bertujuan untuk menciptakan pemberdayaan masyarakat yang inklusif, melibatkan kelompok lansia, kelompok rentan, dan mendukung kesetaraan gender yang melibatkan banyak wanita di wilayah operasinya secara kolaboratif, inovatif, dan berkelanjutan.

Manager PHSS Field Widhiarto Imam Subarkah menambahkan bahwa perusahaan sangat memperhatikan aspek kualitas dan keamanan produk. “Awalnya program ini dimulai dari kelompok kecil, tetapi masalah keamanan dan kualitas produk menjadi tantangan yang perlu dikelola dengan baik. Disitulah, PHSS terlibat langsung untuk membantu mengatasinya,” jelas Imam.

Dari aspek kesejahteraan, 14 anggota kelompok telah memperoleh peningkatan kemampuan dalam pencegahan kebakaran. Selain itu, pelatihan pemanfaatan tali bekas untuk dijadikan kerajinan telah diberikan kepada 18 penerima manfaat, sementara 20 anggota kelompok lainnya telah mendapat pelatihan dalam penggunaan teknologi Barotech.

Program ini juga didukung Local Hero Sahabuddin, yang turut menekankan pentingnya menjaga lingkungan dari pencemaran laut akibat limbah. “Kita harus memastikan limbah tali kapal ini tidak dibuang ke laut. Kami bahkan sudah berhasil mereplikasi program ini hingga ke Sulawesi Barat,” kata Sahabuddin, yang aktif dalam inisiatif tersebut.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Kutai Kartanegara Arianto SSos, MSi, turut menyampaikan dukungannya terhadap program ini. “Program Balanipa adalah yang pertama dan satu-satunya inisiatif pemanfaatan tali bekas kapal menjadi rumpon di Kabupaten Kutai Kartanegara,” katanya.

Ia juga menambahkan, “Program ini sangat bermanfaat karena dapat membantu mengurangi kemiskinan melalui dampak langsung yang dirasakan oleh anggota kelompok. Terima kasih kepada PHSS atas bimbingannya, semoga manfaatnya terus berlanjut.”

Dengan adanya kolaborasi antara masyarakat, UMKM, PHSS serta pemerintah, program Balanipa diharapkan terus berkembang, memberikan dampak positif bagi pelestarian lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat secara berkelanjutan melalui kemampuan pemasaran serta teknologi hingga mencapai kemandirian.

Cek juga

Erick: BUMN dan Badan Gizi Berkolaborasi demi Akselerasi Swasembada Pangan RI

JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengadakan pertemuan dengan Kepala Badan …