Wednesday , September 18 2024

Program CSR PEP Sangatta Field Berdayakan Petani Madu Kelulut Serta Pariwisata Edukatif di Taman Nasional Kutai

Sangatta – PT Pertamina EP (PEP) Sangatta Field mengembangkan Program Pengembangan Tani Hutan Kelulut Sangatta, yang singkat Prolekta, di area konservasi Taman Nasional (TN) Kutai, Kalimantan Timur. Berawal dari ide sederhana untuk membenahi sistem budidaya lebah kelulut yang belum efisien, program ini terus berkembang hingga melahirkan sejumlah subunit usaha baru dan mendapatkan hak paten peralatan.

PEP Sangatta Field hadir untuk membantu kelompok tani yang belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai sehingga hasil panen madunya belum optimal. Implementasi Program Prolekta dimulai pada 2021 melalui kegiatan pengembangan infrastruktur, pelatihan keamanan pangan, dan peresmian program. Pada tahun berikutnya, pengembangan program berupa pelatihan budidaya kelulut dan pengelolaan wisata, inisiasi gerakan Satu Orang Satu Pohon, dan inovasi Alat Hisap Sederhana.

Manager Sangatta Field Cahyo Nugroho menyampaikan, pengembangan program CSR yang dijalankan Perusahaan disesuaikan dengan hasil pemetaan sosial di sekitar wilayah operasi. ”Dengan pemetaan sosial di desa-desa di wilayah operasi PEP Sangatta Field, hal itu dapat membantu memastikan pemanfaatan potensi lokal, dampak positif yang diberikan, dan keberlanjutan program tersebut,” ujar Cahyo.

Dia menambahkan, keberhasilan program CSR Perusahaan juga didukung oleh kontribusi dan kolaborasi dengan pihak eksternal. ”Kita berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk UMKM, BUMDes, pemerintah, serta masyarakat,” tambahnya. Dalam pelaksanaan Program Prolekta, PEP Sangatta Field bekerja sama dengan Dinas Koperasi, Dinas Pariwisata, Dinas Pertanian, Komunitas Kita Berdikari, Pemerintah Daerah Desa Sangatta Selatan, Universitas Mulawarman dan Himpunan Pramuwisata Kutai Timur untuk saling berkolaborasi memajukan program ini dari berbagai aspek.

Pada tahun 2023, pengembangan program ini berlanjut dengan pembangunan Galeri Produk Khas Kutim, pengadaan mesin produksi, dan pembangunan broadwalk. Penguatan program semakin meningkat pada tahun 2024 melalui pemantapan Usaha Mandiri Kelompok, pengembangan teknologi modern, dan pengembangan subunit usaha.

Head of Communication Relations & CID Zona 9 Elis Fauziyah menyampaikan, pengembangan subunit usaha berhasil menghasilkan lima usaha baru, yaitu UMKM Produsen Madu Kelulut; Eduwisata Budidaya Lebah Kelulut; Gerai Kreativitas Produk Khas Kutai Timur & Cafetaria Zero Waste; Depot Energi; dan Bank Sampah Sederhana Trigona. Ruang lingkup kerja masing-masing subunit juga berbeda-beda. UMKM Produsen Madu Kelulut, yang berperan sebagai subunit usaha utama, bekerja untuk memproduksi madu kelulut dan bee pollen dan mengolah propolis cair. Kemudian, Eduwisata Budidaya Lebah Kelulut bekerja untuk mengembangkan sektor usaha budidaya ke wisata edukasi budidaya dan melibatkan kelompok rentan menjadi edukator bagi pengunjung.

Gerai Kreativitas Produk Khas Kutai Timur & Cafetaria Zero Waste bertugas menyediakan produk-produk kreatif khas Kutai Timur, menginisiasikan instalasi pengolahan air limbah, serta menerapkan konsep produksi yang bertanggung jawab. Selanjutnya, Depot Energi bertugas mengolah asap cair dan limbah propolis serta baglog sebagai media tanam jamur. Terakhir, Bank Sampah Sederhana Trigona bertugas mengolah seluruh limbah domestik organik menjadi pupuk, memilah limbah anorganik, serta menjadi titik tumpu penerapan konsep usaha yang bertanggung jawab dan peduli lingkungan.

Tahun depan, menurut Elis, program ini mampu menjadi mandiri dengan bantuan optimalisasi inovasi keberlanjutan program. Program Prolekta ini hadir untuk membantu petani hutan dalam pengembangan habitat secara masif, pengelolaan potensi lebah yang besar maupun produk yang dihasilkan.

Elis menambahkan bahwa program ini memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan berupa pengurangan emisi sebesar 0,15172 ton CO2 eq per tahun, pengolahan 100 kilogram sampah plastik untuk digunakan kembali sebagai media tanam, dan manfaat langsung kepada 25 orang. ”Program ini menghasilkan lima jenis ukuran kemasan madu kelulut yaitu 50ml, 100ml, 250ml, 500ml dan 1 liter,” jelasnya.

Selain itu, terdapat sembilan produk turunan olahan madu yaitu kukis jahe, emping madu, kukis kelapa kelulut, susu kurma madu, teh madu kelulut, brownis madu kelulut, pudding madu kelulut, bee pollen, dan stik madu kelulut. Dari aspek eduwisata, program ini telah dikunjungi sekitar 1.400 wisawatan per tahun. Hebatnya lagi, Program Prolekta telah mendapatkan dua paten sederhana, yakni paten alat panen madu dan paten alat pengurang kadar air madu.

Local Hero dan Ketua Kelompok Tani Hutan Trigona Reborn Triyono menekankan bahwa Program Prolekta mengedepankan pariwisata yang edukatif dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. ”Kami senang menerima pengunjung yang memiliki rasa ingin tahu yang besar dan ingin belajar terkait koloni lebah. Namun, untuk menjaga agar koloni lebah tersebut tidak stres, kami memiliki sistem untuk menjadwalkan pengunjung yang hadir,” ujarnya.

Triyono berharap Program Prolekta dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Pada tahun 2021 program ini turut menghantarkan Kabupaten Kutai Timur menjadi Smart Branding dari Smart City, sebuah penghargaan dari Kementerian Komunikasi dan Infomatika Republik Indonesia.

Cek juga

“Jaka Samudra” Inovasi CSR Badak LNG, Asa Baru Nelayan Kampung Tihi-Tihi

BONTANG – Di tengah terpaan angin kencang di laut sekitar Kampung Tihi-Tihi, Bontang Selatan, kehidupan …