Sunday , September 8 2024

Program Kelas Berbagi Cara PHE Jambi Merang Terapkan Inovasi Sosial dan Peduli Lingkungan

BAYUNG LENCIR – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang, bagian dari Subholding Upstream Pertamina, terus berkomitmen dalam mengembangkan inovasi bagi program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di sekitar wilayah operasi perusahaan. Kali ini, Program TJSL secara berkelanjutan dikembangkan pada Program Kelas Berbagi di SDN 2 Sukajaya, Desa Mekar Jaya, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Program ini fokus pada edukasi pengelolaan lingkungan sejak dini dan mewujudkan agent of change yang cinta bumi.

Adanya Kelas Inspirasi pada tahun 2019 menjadi cikal bakal terciptanya Program Kelas Berbagi hingga pada tahun 2021 PHE Jambi Merang bersama SDN 2 Sukajaya berkolaborasi menciptakan kegiatan yang berwawasan lingkungan pada siswa. Awalnya, program ini bernama Sekolah Cinta Bumi Zero Plastic Berbasis Teknologi yang fokus pada pengelolaan lingkungan terkait sampah plastik. Seiring berjalannya waktu, pengembangan program terus dilakukan dan melahirkan inovasi-inovasi dalam melakukan pengelolaan lingkungan.

Hingga saat ini, Sekolah Cinta Bumi Zero Plastic Berbasis Teknologi telah bertransformasi menjadi Program Kelas Berbagi (Sekolah Lestari Berbasis Teknologi) yang sudah meluas, dimana tidak hanya fokus dalam pengelolaan sampah namun sudah mencakup pengelolaan air, games edukasi yg menampilkan kepedulian / empati terhadap lingkungan sejak usia dini, serta energi terbarukan.

Melalui program pengelolaan sampah plastik, sekolah telah berhasil mengelola 864 kg per tahunnya sampah plastik yang sebelumnya dibakar. Hal ini juga memberikan dampak penurunan emisi sebesar 2.505,6 kgCO2eq per tahun. Sampah tersebut sebagian besar merupakan sampah rumah tangga yang dikumpulkan di Bank Sampah. Sebagian sampah kemudian dikelola menjadi kerajinan tangan dan sebagian lainnya dijual ke Kelompok Pengepul Mekar Jaya. Tabungan tersebut nantinya bisa ditukarkan dengan alat tulis sebagai penunjang belajar siswa. Kantin sekolah juga sudah tidak diperbolehkan menggunakan plastik sehingga diganti dengan daun sebagai wadah makanan. Selain itu, siswa juga diberi lunch box dan tumbler sebagai wadah makanan di kantin.

Kini, siswa diberi edukasi mengenai pengelolaan air dengan memanfaatkan kembali air limbah cuci tangan dan cuci piring kantin melalui Carboxyl serta limbah air wudu melalui Musala Hijau. Carboxyl merupakan mini IPAL yang memanfaatkan carbon filter ex-pottable water unit bekas penggunaan utilitas untuk recycle air limbah sekolah. Meskipun carbon filter tersebut merupakan waste perusahaan, namun untuk skala rumah tangga atau sekolah masih sangat aman dan bagus untuk digunakan kembali.

Alur Carboxyl diawali dengan pemanfaatan PAH (Penampungan Air Hujan) sebagai salah satu sumber air yang kemudian dialirkan ke wastafel dan area cuci piring kantin. Limbah air tersbeut kemudian diolah di Carboxyl untuk digunakan kembali sebagai penyiraman tanaman Nursery dan Hutan Sekolah (aviary). Selain itu, Musala Hijau juga menjadi ikon pengelolaan limbah air yang berasal dari sisa wudu yang kemudian dialirkan ke aquaponik (perpaduan budidaya ikan dan sayur hidroponik).

Kegiatan pengelolaan air terintegrasi dengan Marcell (Pemasangan Solar Cell) dimana solar cell berfungsi sebagai sumber energi untuk menggerakan pompa air bagi Carboxyl dan Musala Hijau.Selain itu, Marcell juga digunakan sebagai penerangan di sekolah. Pemanfaatan Marcell menimbulkan penghematan energi sebesar 1.255,2 KWH/ Tahun. Program inovatif selanjutanya, PHE Jambi Merang mendorong terciptanya games edukasi Bocil Keling (Bocah Cilik Kelola Lingkungan) sebagai media advokasi pembelajaran sejak usia dini untuk peduli terhadap lingkungan sekitar mereka.

Aplikasi Bocil Keling bertujuan untuk membantu anak-anak dalam mengelola dan memilah sampah (organik, an-organik maupun sampah plastik) dengan lebih efisien secara menyenangkan. Pada pertengahan Oktober 2023, aplikasi tersebut telah dilakukan launching secara resmi bersama Field Manager PHE Jambi Merang dan Kepala Dinas Pendidikan Musi Banyuasin.

Field Manager PHE Jambi Merang, Satrio Mursabdo, menjelaskan program Inovasi Sosial Kelas Berbagi memfokuskan kegiatan berbasis lingkungan dalam pengelolaan sampah plastik menjadi beragam bentuk atau produk. “Selain dari pengelolaan sampah, dan program Bocil Keling, program ini juga melakukan kegiatan berbasis lingkungan lainnya diantaranya terciptanya fasilitas ruang multimedia, bank sampah, School Art and Market, mushola hijau, penggunaan energi terbarukan (solar cell), IPAL serta hutan sekolah dan tambahan peningkatan pengetahuan siswa terkait dokter kecil,” ujar Satrio.

Dalam kesempatan yang sama, Field Manager PHE Jambi Merang juga mengungkap apresiasi terhadap kepada pihak-pihak yang terlibat dalam Program Kelas Berbagi.
“Kami juga menghaturkan apresiasi dan penghargaan kepada semua rekan yang terlibat dalam Program Kelas Berbagi terutama kepada pihak SDN 2 Sukajaya, kami juga mengharapkan program ini dapat membentuk siswa siswi kedepannya lebih handal dalam menjaga lingkungan sekitar serta program ini mampu menciptakan sinergitas antar kegiatan lingkungan didalamnya,” ujar Satrio.

Kepala Sekolah SDN 2 Sukajaya, Sukasmino, menyampaikan bahwa inisiasi Program TJSL dari PHE Jambi Merang yang berkolaborasi dengan SDN 2 Sukajaya sudah berjalan dari tahun 2019, banyak sekali perkembangan program inovasi yang diimplementasikan di sekolah. “Program inovasi unggulan pada tahun ini adalah pemasangan Sollar Cell yang dimanfaatkan untuk hidroponik, penggerak filter air bersih dan listrik untuk inovasi yang ada di sekolah. Dari inovasi ini sekolah mendapatkan penghematan listrik untuk operasional di sekolah,” ungkap Sukasmino.

Lahirnya Program Kelas Berbagi tak luput dari kontribusi stakeholder dan masyarakat yang terlibat. Munculnya kelompok-kelompok baru menjadi bukti nyata bahwa program mampu memberikan dampak luas yang tidak hanya kepada warga sekolah. Kelompok tersebut adalah Kelompok Penggerak Peduli Lingkungan SDN 2 Sukajaya yang terdiri dari 94 siswa dan guru dan Paguyuban Hijau Lestari yang teridir dari 97 orang tua siswa. Kelompok Penggerak Peduli Lingkungan SDN2 Sukajaya juga telah melakukan transfer knowledge ke SDN Mendis sehingga juga terbentuk Kelompok Penggerakan Peduli Lingkungan yang berjumlah 40 yang terdiri siswa dan guru.

Cek juga

Kriyanusa 2024 di JCC, Ada Mitra Binaan PLN dan UMKM dari Berbagai Daerah

JAKARTA – Gelaran Kriyanusa 2024 yang digelar Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di Jakarta Convention Center …