Produksi gas alam yang berlimpah dapat dimanfaatkan sebagai jalan tengah energi transisi dengan secara bertahap melakukan konversi pembangkit listrik batubara(PLTU) ke pembangkit listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU). Selain ramah lingkungan, dengan bahan bakar gas opersional pembangkit lebih efisien dan dapat mengurangi emisi CO2.
JAKARTA – Pemanfaatan gas untuk sektor ketenagalistrikan terbukti sangat efisien dan ramah lingkungan. Hal ini dibuktikan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) UP Muara Karang yang dioperasikan oleh PLN Nusantara Power dimana memiliki total kapasitas 2.177 MW dan berbahan bakar gas dan rendah emisi. Unit Pembangkit (UP) Muara Karang memasok 18,4% dari kebutuhan beban puncak DKI Jakarta dan Provinsi Banten.
“Listrik yang dihasilkan UP Muara Karang didistribusikan melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV ke sistem interkoneksi Jawa Bali, serta menjadi salah satu pembangkit yang berkontribusi besar bagi kelistrikan di DKI Jakarta. serta menopang kebutuhan listrik di area VVIP terutama Gedung DPR, MPR, Kementerian, serta Istana Presiden,”terang Maryono, Senior Manager UP Muara Karang, Rabu (30/8/2023).
Lebih lanjut Maryono menjelaskan, sebagai unit pembangkit ramah lingkungan, UP Muara Karang terus meningkatkan upaya dalam menjaga dan meningkatkan kelestarian lingkungan. Melalui berbagai teknologi dan inovasi yang dilakukan, pembangkit listrik bertenaga gas ini dan terbukti mampu beroperasi secara efisien. UP Muara Karang bahkan membuktikan menjadi pionir dalam Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE) yang sedang dalam proses di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Sertifikasi Pengurangan Emisi merupakan komitmen UP Muara Karang dalam usaha mencapai net zero emission (NZE) di tahun 2060 serta hanya bisa diraih melalui Pengukuran, Pelaporan, Validasi, dan Verifikasi serta tercatat dalam Sistem Registrasi Nasional Pengendalian Perubahan Iklim oleh KLHK. Melalui pengukuran didapatkan bahwa emisi gas buang blok 3 PLTGU Muara Karang jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan pemerintah.
“Salah satu yang sedang kami registrasikan di KLHK adalah SPE dimana blok 3 PLTGU Muara Karang berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca melalui upaya mitigasi lebih dari 900.000 ton karbon dioksida pertahun. Perhitungan ini dilakukan sejak awal tahun 2022 hingga akhir tahun 2022,”jelasnya
Merujuk Data SPE Blok 3 menunjukkan Efisiensi kinerja pembangkit UP Muara Karang mencapai 56% yang artinya proses pembakaran efisien dan sempurna dengan menghasilkan emisi gas buang lebih rendah. Prosentase ini juga merupakan efisiensi kinerja tertinggi diantara PLTGU di seluruh Indonesia.
Selain itu, melalui berbagai teknologi dan inovasi UP Muara Karang senantiasa memantau dan memonitor kinerja operasi unit pembangkit agar tetap mematuhi regulasi yang ada.
Seperti diketahui, KLHK menetapkan peraturan ambang batas baku mutu emisi pembangkit tenaga listrik untuk PLTGU (Gas) adalah 150 miligram /Nm3 untuk parameter SO2, 400 miligram /Nm3 untuk parameter NOx dan 30 miligram/Nm3 untuk parameter partikulat.
Di tahun 2023, rata-rata data pengukuran emisi yang dikeluarkan oleh komplek pembangkit Muara Karang adalah SO2 sebesar 5,86 miligram /Nm3, parameter NOx sebesar 139,53 miligram /Nm3 serta parameter partikulat sebesar 2,85 miligram/Nm3 yang. Pengkuran ini diverifikasi oleh laboratorium independen yang terakreditasi. Hal ini tentu sangat jauh di bawah ambang batas baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
“Petugas kami juga melakukan pengecekan dan monitoring secara akurat dan real time selama 24 jam nonstop melalui teknologi CEMS (Continous Emission Monitoring System). Sistem ini memonitor emisi yang terhubung langsung dengan Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinyu (SISPEK) KLHK untuk memastikan emisi PLTGU Muara Karang dibawah standar yang ditetapkan,”tutup Maryono.
Transisi energi menuju karbon netral pada tahun 2060 dapat dilakukan oleh pemerintah dengan secara bertahap memanfaatkan melimpahnya hasil gas bumi sebagai energi transisi sebelum beralih ke energi baru terbarukan (EBT). Konversi Pembangkit Listrik Gas Uap (PLTU) ke PLTGU, atau penggunaan teknologi boiler dan inovasi co-firing bisa jadi pilihan. Listrik tetap andal, transisi energi berjalan.