JAKARTA – PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menyepakati nota kesepahaman (MoU) dengan PT Elektrika Konstruksi Nusantara (EKN) dalam pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit menjadi Co-firing Biomassa. Kesepakatan ini dilakukan pada acara Indonesia International Heating Technology Exhibition (HEATECH) di JIEXPO Jakarta, Jumat (6/10).
MoU ini disaksikan secara langsung oleh Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Trois Dilisusendi, Ketua Umum Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI), Milton Pakpahan, serta Ketua Masyarakat Ketenegalistrikan (MKI) Kalimantan Barat, M. Ariyanto.
Dalam sambutannya Trois Dilisusendi menyampaikan apresiasi pada ke dua pihak yang telah bersepakat memanfaatkan limbah tandan kosong kelapa sawit sebagai Co-Firing Biomassa di Pembakit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Baginya ini merupakan angin segar pertanda semakin banyak sumber olahan untuk Co-Firing.
”Kami dari Kementerian ESDM sangat mengapresiasi hal ini. Harapan kami, ini jadi hal baru yang digunakan di 52 PLTU PLN yang kami tugaskan untuk melakukan Co-Firing,” ujar Trois.
Disisi lain, Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara menegaskan, pihaknya terus berupaya mendukung pemerintah dalam mencapai target pemanfaatan Co-Firing sebesar 10,2 juta ton pada tahun 2025. Guna mencapai target tersebut pihaknya akan memanfaatkan sumber daya setempat. Sehingga dalam prosesnya akan menciptakan multiplier effect, mengurai masalah sampah dan memacu pertumbuhan ekonomi.
”Melalui MoU ini PLN dan EKN akan secara bersama-sama mengolah Biomassa dari tandan kosong kelapa sawit yang diproduksi masyarakat Sambas Kalimantan Barat. Biomassa ini akan kita gunakan sebagai Co-Firing pengganti batu bara di PLTU Bengkayang,” kata Iwan Agung.
Menurut Iwan Agung, program Co-Firing ini sangat spesial karena secara langsung melibatkan masyakat setempat. Hal ini pun sejalan dengan prinsip Enviroment, Sustainability and Governance (ESG) dalam mendorong perekonomian masyarakat sekitar.
”Program Co-Firing Biomassa ini spesial, karena berbasis kerakyatan. Saat ini mayoritas Biomassa berasal dari olahan sampah atau limbah. Karena kebutuhannya sangat besar kami mengajak masyarakat ikut terlibat di dalamnya,” ucap Iwan Agung.
Iwan menjelaskan, pengolahan Biomassa ini telah menyerap 40 tenaga kerja lokal di Sambas Kalimantan Barat. Ia pun optimis, program Co-Firing jenis lain yang digagas akan mampu menyerap tenaga kerja lokal secara masif dan mengurai permasalah sampah yang banyak terjadi di berbagai daerah.
“Ada 40 orang yang terlibat dalam produksi pellet tandan kosong kelapa sawit. Demikian juga dengan biomassa jenis lainnya. Semoga ini jadi awal yang baik karena selama ini mungkin tandan kosong menumpuk di kebun dan sekarang sudah bisa dimanfaatkan,” lanjut Iwan Agung.
Lebih jauh, Iwan mengungkapkan penggunaan Co-Firing Biomassa merupakan salah satu langkah menurunkan emisi karbon mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
“Melalui teknologi Co-Firing ini, PLN bisa mendapatkan beberapa manfaat sekaligus. Menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh PLTU, meningkatkan bauran energi yang ramah lingkungan hingga akhirnya mencapai tujuan nasional Net Zero Emission (NZE) pada tahu 2060 atau lebih cepat,” tutup Iwan Agung.