Thursday , April 24 2025

Harus Dijaga, Momentum Peningkatan Eksplorasi Migas di Indonesia

JAKARTA – Pemerintah meyakini iklim investasi sektor hulu migas Indonesia sudah mulai bergerak ke arah yang positif. Hal ini ditandai sejak beberapa tahun terakhir pemerintah kembali memberikan pilihan kepada perusahaan untuk menggunakan skema cost recovery dalam kontrak bagi hasil migas yang diyakini bisa mendorong daya tarik dan agresifitas pelaku usaha untuk melakukan eksplorasi dan meningkatkan produksi migas.
Koordinator Pengawasan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi, Ditjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Yulianto, menegaskan bahwa eksplorasi migas masih sangat dibutuhkan mengingat kebutuhan energi dalam hal ini energi fosil dalam satu dekade ke depan masih cukup besar. Dengan sumber daya alam migas di Indonesia saat ini, menurut dia, seharusnya Indonesia bisa terhindar dari ancaman krisis energi. “Saat ini industri migas Indonesia masih menarik di tengah berbagai kendala yang terjadi. Pemerintah juga terus mendorong berbagai perbaikan baik dari sisi regulasi maupun fiscal term agar dapat mengakomodir kebutuhan investor,” katanya dalam acara Media Briefing Menuju IPA Convex 2025 dengan judul “Prospektivitas Migas Indonesia untuk Eksplorasi yang Atraktif dan Agresif”, di Jakarta, Kamis (24/4).

Lebih lanjut, Yulianto juga optimistis jika daya saing industri hulu migas di Indonesia masih menarik, namun tetap harus memperhatikan juga dengan penawaran yang ada di negara-negara lain. “Dilihat dari perkembangan joint study yang ada sebanyak 24 joint study, hal itu menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan bagi minat investasi. Tetapi tidak cukup sampai di situ. Harus terus diupayakan perbaikan term and condition, dan hal-hal lainnya seperti regulasi yang terkait. Koordinasi antar pemangku kepentingan termasuk pemerintah daerah sangat penting dilakukan untuk semakin meningkatkan daya saing Indonesia,” jelasnya.

Sementara itu Kepala Divisi Prospektivitas Migas dan Manjemen Data Wilayah Kerja SKK Migas, Asnidar, menilai masih ada peluang untuk meningkatkan daya saing Indonesia dengan beberapa cara. Pertama, memberikan peluang bagi hasil yang lebih lebar untuk kontraktor khususnya pada lapangan-lapangan frontier. “Hal ini juga mencakup pemberian insentif yang lebih besar bagi para pelaku industri di area frontier yang memiliki keterbatasan akses dan biaya eksplorasi serta risiko yang lebih tinggi, seperti area laut dalam dan area dengan topografi yang menantang,” katanya.

Berdasarkan data, saat ini ada sekitar 65 dari 128 basin yang belum dieksplorasi namun diyakini memiliki potensi cadangan hidrokarbon yang besar.
Agresifitas eksplorasi menurut Asnidar terlihat dalam beberapa tahun terakhir ini, khususnya dengan telah disiapkannya budget mencapai US$ 300 juta untuk melakukan kegiatan eksplorasi di area terbuka. “Jadi, ini momentum yang tepat,” tegasnya.

Sementara itu, Senior Manager Exploration PETRONAS Indonesia, Ruszaidi B Kahar, yang mewakili anggota perusahaan IPA, menjelaskan bahwa PETRONAS berkomitmen untuk terus berkontribusi aktif dalam mendukung pengembangan sektor energi dan target produksi nasional. “Kami berkomitmen untuk secara konsisten berkontribusi secara positif terhadap pengembangan sektor energi nasional,” katanya.

Sebagai investor, dia mengatakan bahwa setiap perusahaan selalu memegang prinsip dalam menjalankan bisnisnya. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan oleh perusahaan terkait dengan potensi migas di suatu negara, di antaranya: kemudahan menjalankan bisnis, stabilitas nasional, kebijakan fiskal, dan kepastian hukum. “Kami harap ada fleksibilitas dari pemerintah, termasuk fiscal term. Jika berdasarkan karakteristik wilayah kerja yang ada, misalnya low risk, mid risk dan high risk, maka wilayah yang high risk sebaiknya diberikan fiskal term yang lebih fleksibel,” ujarnya.

Menurut dia, dengan banyaknya potensi migas yang belum dieksplorasi di Indonesia memberikan keyakinan kuat bahwa kegiatan eksplorasi ke depannya akan membuat Indonesia bisa menjadi negara pilihan yang menarik bagi pemain energi global. Sehingga, para investor akan memilih untuk berinvestasi dalam proyek-proyek jangka Panjang di Indonesia. “Dari sisi country risk, Indonesia termasuk beruntung karena letaknya cukup strategis dengan sumber daya alam yang berlimpah. Sekarang tinggal bagaimana memonetasi kedua hal tersebut,” harapnya.

Cek juga

Ribuan Pekerja Pertamina Hulu Indonesia Hadiri Town Hall Meeting Triwulan Pertama 2025

Jakarta – PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina menyelenggarakan acara Town …