Jakarta – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat hingga triwulan 3 atau September tahun 2024 sebanyak 12 (dua belas) proyek hulu migas sudah onstream dari target 15 proyek hingga akhir tahun 2024, atau sudah tercapai 80%. Potensi penambahan dan mempertahankan produksi dari 12 proyek tersebut mencapai sekitar 36.237 barel oil per day (BOPD) dan 300 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) serta 192 metrik ton/day (MTD) LPG.
Untuk proyek hulu migas yang menghasilkan minyak antara lain adalah OPL Main PHE ONWJ dengan kapasitas sebesar 1.893 BOPD, Flowline ASDJ-116X PHE Ogan Kemering dengan kapasitas sebesar 94 BOPD dan Banyu Urip Infill Clastic Exxon Mobile Cepu Ltd dengan kapasitas sebesar 33.000 BOPD.
Adapun untuk proyek gas, yang sudah onstream adalah Peciko 88, SWG dan Bekapai Artificial Lift Pertamina Hulu Mahakam dengan kapasitas 36 MMSCFD, proyek AFCP dengan kapasitas 117 MMSCFD, Dayung Facility Optimization Medco Grissik kapasitas sebesar 40 MMSCFD, Fasilitas Kompresor South Sembakung kapasitas 22 MMSCFD, Proyek CO2 dan DHU Lapangan Karang Baru Pertamina EP dengan kapasitas 5 MMSCFD.
Sementara itu terdapat 2 proyek yang menghasilkan gas dan minyak yaitu Akatara Gas Plant Jadestone Energy dengan kapasitas gas 25 MMSCFD dan minyak 1.100 BOPD serta produksi LPT sebesar 192 MT/D. Kemudian proyek west belut Medco Natuna dengan kapasitas gas 55 MMSCFD dan minyak 150 BOPD.
Sehingga 12 (dua belas) proyek tersebut memberikan tambahan atau mempertahkan fasilitas produksi minyak sebesar 36.237 BOPD dan gas sebesar 300 MMSCFD dengan total investasi sebesar US$ 277,4 juta atau sekitar Rp 4,36 triliun.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro menyampaikan proyek-proyek hulu migas tahun 2024 telah mencapai hasil yang diharapkan dan saat ini SKK Migas dan KKKS terus melakukan koordinasi yang intensif untuk memastikan 3 (tiga) proyek yag tersisa yaitu Proyek Forel Bronang Medco Natuna dengan kapasitas produksi minyak sebesar 10.000 BOPD dan gas 43 MMSCFD dan proyek minyak SP Puspa Asri Pertamina EP dengan kapasitas 600 BOPD serta proyek kompresor Merbau Pertamina EP dengan kapasitas 8 MMSCFD bisa sebelum akhir tahun 2024.
“Kami berharap dapat mengoptimalkan sisa waktu yang ada, agar proyek yang tersisa dapat onstream lebih cepat, karena mayoritas proyek yang belum onstream produksinya adalah minyak, seperti proyek Forel Bronang yang berpotensi memberikan tambahan produksi 10.000 BOPD”, terang Hudi.
Dia menambahkan bahwa saat ini, Kepala Divisi Manajemen Proyek dan jajarannya hampir tiap minggu berkantor di lapangan. Ini adalah upaya untuk melakukan pengawasan dan koordinasi serta pengambilan keputusan yang cepat dilapangan. “Ini juga bentuk change mindset di industri hulu migas yang terus meningkatkan sense of crisis dan sense of urgency dalam menindaklanjuti arahan Presiden dan Menteri ESDM untuk melakukan berbagai cara agar produksi minyak tidak turun serta terus mencari peluang untuk dapat meningkatkan produksi LPG dari sektor hulu migas, untuk mengurangi impor LPG”, imbuh Hudi.
Industri hulu migas siap memberikan dukungan dan upaya-upaya terbaik yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan produksi migas nasional guna mendukung tercapainya Visi Pemerintah dalam membangun ketahanan energi nasional. “Dukungan industri hulu migas kepada Pemerintah dalam mewujudkan ketahanan energi ditunjukan dengan rencana investasi hulu migas dalam 5 (lima) tahun kedepan dari 2024 hingga 2029 yang mencapai 138 proyek dengan total investasi sekitar US$ 36,23 miliar (termasuk proyek strategis nasional) setara dengan Rp 543 triliun atau hampir 5 kali lipat investasi kereta cepat Jakarta Bandung”, tegas Hudi.
Dari data SKK Migas, selesainya 15 (lima belas proyek) hingga akhir tahun 2024 akan berpotensi memberikan penambahan maupun menjaga produksi minyak sebesar Potensi Menambah dan Mempertahankan Kapasitas Produksi minyak sebesar 46.827 BOPD, gas sebesar 351 MMSCFD dan juga produksi LPG sebesar 192 MT/D.