BOGOR –Melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), Antam UPBE Pongkor mampu menyadarkan dan mengajak gembong gurandil pelaku penambangan emas liar ‘Kang Willy’ di desa Bantar Karet untuk kembali ke jalan yang bermanfaat membuahkan hasil. Setelah berjuang memberikan edukasi hampir selama 3 tahun, tokoh masyarakat ini kini bisa menebarkan kebaikan untuk banyak orang dan mampu menggerakan perekonomian masyarakat desa Bantar Karet.
“Alhamdulillah, tokoh-tokoh pelaku penambangan emas liar sekarang telah menjadi agen perubahan dan menjadi penggerak ekonomi masyaraka di Bantar Karet, Nanggung Kabupaten Bogor”, kata Ridho Anggoro di Kantor UBPE Pongkor
Ditemui di UPBE Pongkor, Willy menceritakan kisah kelam-nya kepada awak media dalam proses mendapatkan hidayah menjadi manusia yang bermanfaat untuk warga Bantar Karet.
” Sebagai gembong yang membawahi 70.000 gurandil dulu penghasilan saya bisa 2 miliar per bulan”, ujar Willy
Penambang liar emas di Gunung Pongkor, kata Willy mulai marak terjadi pada tahun 1990. Dari Sabang sampai Merauke pelakunya ada di Desa Bantar Karet. Makanya tak heran jumlahnya sangat fantastis hampir 70.000 penambang liar.
” Situasi Waktu itu, hampir tidak mengenal lagi rasa kemanusian, budaya dan kearifan lokal tidakberlaku lagi d disini. Semua bebas berbuat tanpa takut hukum, kejahatan merajalela mulai dari pelacuran, judi dan narkoba bebas dilakukan,” jelasnya
Willy menambahkan, dengan pelaku penambangan liar yang banyak setiap hari sebanyak 160 kg sianida digunakan sehingga mencemari sungai Ciguha. Ini semua berdampak pada pencemaran dan kerusakan ekologi, akibatnya, masyarakat tidak dapat bercocok tanam, memelihara ternak dan ikan.
” Air sungai Ciguha waktu itu warnanya hitam kecoklatan karena mengandung sianida. Saya sangat sedih melihat semua ini”, kenangnya ditempat pemeliharaan ikan sungai Ciguha, Pongkor
Titik balik kesadaran Willy mulai terbuka packa operasi besar-besaran oleh Mabes Polri dan Polda Jabar pada tahun 2005 dimana pada waktu itu semua pelaku penambangan liar emas diberantas sampai bersih. Setelah semua pelaku gurandil yang datang dari Aceh sampai Papua kembali ke kampung halaman masing-masing mereka meninggalkan warisan kerusakan alam yang luar biasa. Ditengah kegalauannya melihat kondisi desa Bantar Karet yang hancur, kesadarannya timbul untuk kembali membangun tempat kelahirannya.
“Mulai tahun 2012, bersama- sama masyarakat saya membangun desa bantar karet dengan menata kembali hutan rusak, menormalkan air sungai agar bisa bermanfaat lagi”, kata Willy
Berkat bantuan Tim CSR dari PT Antam Pongkor yang berkelanjutan, kini kerusakan alam dapat diatasi dan sungai Ciguha kembali bebas dari pencemaran sianida.
” Sekarang masyarakat dapat kembali bertani, beternak ayam, kambing dan memelihara ikan. Selain itu, Ciguha Park River juga jadi daerah wisata yang dapat dikunjungi oleh warga dari luar kota Bogor”, tutup Willy
Berkat bantuan dana CSR dari PT Antam kini masyarakat Desa Bantar Karet Pongkor bisa tersenyum kembali. Pasalnya, alam kembali hijau, sungai-pun bening dan bisa bernilai ekonomi.