Berdasarkan laporan Satgas Nasional RAFI (Ramadhan dan Idul Fitri) 2023, konsumsi BBM Indonesia selama periode Ramadhan dan Idul Fitri 1444 H dilaporkan meningkat. Disampaikan bahwa selama periode satgas, yaitu pada tanggal 10 April 2023 sampai dengan 2 Mei 2023 BPH Migas dan Pertamina menyiagakan sejumlah 114 Terminal BBM, 7.491 SPBU, dan 68 DPU. Selain itu, juga dilaporkan terdapat layanan tambahan berupa SPBU Siaga, Kios Pertamina Siaga, Motorist, dan Mobil Tanki Standby.
Berdasarkan data, konsumsi BBM selama arus mudik tertinggi terjadi pada tanggal 20 April 2023 yaitu terjadi kenaikan konsumsi BBM jenis gasoline sebesar 40,78 % dari konsumsi normal. Sementara untuk periode arus balik pertama, peningkatan konsumsi BBM dilaporkan terjadi pada tanggal 25 April 2023 yaitu terjadi kenaikan konsumsi BBM jenis gasoline sebesar 17,71 % dari konsumsi normal. Periode arus balik kedua, peningkatan konsumsi BBM dilaporkan terjadi pada tanggal 29 April 2023 yaitu terjadi kenaikan konsumsi BBM jenis gasoline sebesar 12,95 % dari konsumsi normal.
Meskipun belum terdapat publikasi resmi, peningkatan konsumsi BBM selama periode Ramadhan dan Idul Fitri 2023 tersebut berpotensi dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia baik di level daerah maupun pusat. Hal tersebut merujuk pada sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi BBM di Indonesia berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi baik pada level daerah maupun nasional.
Korelasi positif antara porsi volume konsumsi BBM pada suatu wilayah dengan porsi PDRB yang dihasilkan oleh wilayah yang bersangkutan menegaskan bahwa konsumsi BBM memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah. Sebagai gambaran konsumsi BBM pada wilayah Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) untuk setiap tahunnya rata-rata berkisar antara 55 % – 60 % terhadap konsumsi BBM nasional. Data juga menunjukkan bahwa porsi kue ekonomi yang direpresentasikan melalui PDRB yang dihasilkan oleh wilayah Jamali juga relatif sama dengan porsi konsumsi BBM pada wilayah tersebut.
Data yang ada juga menunjukkan bahwa pola konsumsi BBM pada level nasional juga relatif sama dengan pola pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Pola atau rata-rata pertumbuhan konsumsi BBM pada periode tertentu relatif sama dengan pola pertumbuhan PDB Indonesia pada periode yang sama. Pola yang terjadi tersebut menggambarkan dan sekaligus kembali menegaskan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan konsumsi BBM dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Berdasarkan kajian ReforMiner, ditemukan bahwa keterkaitan antara konsumsi BBM dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi struktur PDB Indonesia. Baik berdasarkan PDB kelompok pengeluaran maupun PDB kelompok sektoral, ditemukan bahwa konsumsi BBM berperan penting dalam mendukung atau menopang pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, diketahui bahwa konsumsi BBM memiliki peran penting terhadap penciptaan nilai tambah dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal tersebut salah satunya karena fakta bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 55 % terhadap pembentukan PDB di Indonesia. Dengan porsi kontribusi yang relatif besar tersebut, sektor konsumsi termasuk dalam hal ini yang direpresentasikan melalui konsumsi BBM, memiliki daya pengungkit yang besar dalam mendorong pembentukan PDB dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Karena itu, ketika konsumsi rumah tangga termasuk konsumsi BBM meningkat, maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.
Sementara jika dilihat melalui PDB kelompok sektoral, juga dapat diketahui bahwa peran konsumsi BBM terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin meningkat. Hal tersebut diantaranya akibat adanya pergeseran atau perubahan struktur perekonomian di Indonesia. Struktur perekonomian Indonesia secara bertahap tercatat mengalami pergeseran dari sektor ekstraktif dan agraris pada sektor-sektor ekonomi yang lebih padat energi. Artinya, pusat pertumbuhan atau kontributor utama pembentuk PDB di Indonesia pada saat ini adalah sektor ekonomi yang lebih padat energi dibandingkan sebelumnya.
Jika pada awal pelaksanaan pembangunan Indonesia lebih bertumpu pada sektor ekstraktif dan agraris yang notabene tidak terlalu padat energi, pada saat ini pembentukan PDB Indonesia lebih banyak dikontribusikan oleh sektor ekonomi yang lebih padat energi seperti industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor pengangkutan, dan jasa keuangan. Proses produksi barang dan jasa pada sejumlah sektor tersebut secara relatif memerlukan daya dukung energi yang lebih besar dibandingkan kebutuhan energi pada sektor ekstraktif dan agraris.
Terkait besarnya korelasi antara konsumsi BBM dengan pembentukan PDB dan pertumbuhan ekonomi, para pemangku kepentingan perlu lebih berhati-hati dalam memformulasikan kebijakan BBM nasional. Ketersediaan BBM untuk memenuhi konsumsi dalam negeri seperti yang diperlukan untuk mendukung kegiatan mudik pada saat menjelang dan sesudah Idul Fitri memiliki peran penting dalam mendorong terciptanya aktivitas perekonomian pada wilayah-wilayah yang menjadi jalur dan tujuan mudik.